REFORMATANEWS.COM, Jakarta - Ditengah masa pandemi Covid-19 hampir semua Universitas atau Sekolah Tinggi melaksanakan wisuda melalui daring berbeda dengan Sekolah Tinggi Injili Jakarta (STIJA) yang telah mewisuda 33 Mahasiswa/I pada Senin pagi (30/11/2020).
Wisudawan dan
wisudawati nampak ceria dan bangga, sekalipun dalam wisuda ini tidak didampingi
oleh orang tua karena pandemi yang berkepanjangan.
Wisuda Sekolah Tinggi
Injili Jakarta (STIJA) dilaksanakan mulai dari pagi hingga siang hari dengan
melaksanakan protokol kesehatan ketat tercatat ada 33 orang mahasiswa/i yang diwisuda semuanya dari prodi Sarjana
Pendidikan Agama Kristen (SPAK).
Lebih jauh mengenai STIJA, Frans Ansanay S.H,. M.Pd
menjelaskan sepanjang di bawah kepemimpinannya wisuda ini terhitung baru
angkatan perdana, karena saat pandemic maka para wisudawan ini diberi nama corona I
dan corona II. Sebagai pimpinan Frans menegaskan sebelum wisuda dilaksanakan menunggu izin
perpanjangan dari kementerian agama dan itu sudah dapat ijin dan mendapatkan juga akreditasi dari Badan
Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi
“Dengan memperoleh BAN-PT sebagai dasar saya untuk mewisuda,
sebab saya mau menghindari efek hukum undang-undang sekdiknas 2003”, terang
Majelis Tinggi GKSI ini.
Sebelumnya terang Frans STIJA ini dalam mewisuda masih
bergabung dengan STT Pokok Anggur, tetapi tahun ini STIJA sudah mandiri.
Mengenai wisuda yang dua angkatan itu, Frans memaparkan itu
dilakukan karena situasi pademi covid-19 perlu membuat format yang pas dimana
langkah-langkah pembinaan protokol kesehatan covid-19 harus dijalankan,
selanjutnya adalah setelah kita mendapatkan aktifitasi dan ijin penyelenggaraan
kementerian agama terlebih dahulu.
Dalam gelar wisuda ini berjumlah 33 para wisudawan dan
wisudawati dari dua angkatan yakni angkatan tahun 2015 dan 2016, dari semuanya
ini jurusan pendidikan Kristen S.PAK.
Diakuinya bahwa sampai kini semuanya masih prodi pendidikan agama Kristen, ke depan baru akan dipertimbangkan apakah bisa membuka prodi teologia apa tidak. “Karena sekarang kan sistim baru prodi teologi, prodi kependetaan dan prodi PAK, jadi kependetaan dipisahkan dari teologi, karena itu kita akan berfikir tentang prodi kependetaan untuk pengembalaan jemaat-jemaat Gereja Keristen Setia Indonesia (GKSI)”, tukas ayah empat anak ini.
Lebih lanjut Frans menegaskan bahwa dalam sidang Sinode yang
baru saja digelar sudah diputuskan tentang pendidikan agama Kristen ini, juga
diberikan mata kuliah-mata kuliah pastoral teologi, sehingga tidak menjadi
masalah kalau mereka akan memimpin jemaat untuk pelayanan di GKSI.
Sedangkan dalam penerapan sistem pendidikan di SIJA sendiri menggunakan ITE dalam arti belajar mandiri dan perpustakaan. “Kita ada lima ribu buku yang dibuat secara ITE. Jadi mahasiswa kita arahkan untuk mencari refrensi lewat perpustakaan STIJA secara ITE juga perpustakaan yang manual.Dosen-dosenpun diarahkan untuk mengajar seperti itu”, urainya panjang lebar.
Selain itu dalam pembelajaran lebih banyak menggunakan pola
seperti kuliah dua arah yang di mana interaksi dilakukan antara pengajar dan
yang diajar atau mahasiswa, jadi tidak lagi menggunakan pola manual, tidak
seperti pengalaman beberapa perguruan tinggi teologi yang hanya duduk satu arah
seperti diskusi
Beasiswa dan ikatan dinas bagi lulusan STIJA
Bagi mahasiwa STIJA semua mahasiswa dan mahasiswi
mendapatkan beasiswa sebagai tindak lanjutnya mahasiswa tersebut ada ikatan
dinas, dan sudah dipersiapkan fakta integritas yaitu kontrak dengan sekolah dan
gereja. Memang dari awal sudah ditanamkan pemahaman tersebut kepada anak-anak,
sehingga tidak ada pemikiran yang memberontak intinya mereka sudah menyadari
dari awal. Makanya setelah wisuda sudah langsung penempatan baik di
gereja-gereja maupun di lembaga-lembaga pendidikan.
Apa Harapannya STIJA?
Berbicara harapan ke depan Frans mengatakan terus
meningkatkan mutu dan kwalitas akademis tetapi juga menjaga kualitas
dosen-dosen dari S-2 dan S-3, bahkan kini para dosen banyak mengambil S-3 lagi,
STIJA juga meningkatkan terus sarana dan prasarana, seperti
ada dua kampus A dan B bahkan kini sedang mengembangkan kampus C tinggal
menunggu proses pembebasan lahan di Depok yang luasnya satu hektar daerah
Tapos.
“Jadi kampus kami sudah tiga dan saya mau melirik prodi
PGSD,Prodi PAUD, Prodi TK dan lainya, sehingga mereka lebih bermanfaat
dilingkungan gereja dan masyarakat”, terangnya..
Kalau bidang pendidikan lebih ditekankan diakui Frans karena
konsep pendidikan itu adalah konsep mendidikan Kristus. Kristus itu lebih
banyak mengajar supaya mereka mengerti yang diajarkan.
Jadi pola alkitabiah kita gunakan dengan tetap memperhatikan situasi perkembangan sekarang.“Oleh sebab itu ada materi materi tambahan yang kita berikan seperti tentang Pancasila,tentang undang-undang dasar 45 dan materi MKDU yang lain termasuk pemerintahan sebab nantinya mereka akan berhadapan pemerintah desa umumnya,”tegasnya serius
Diharapkan semua lulusan STIJA sudah mempunyai mintsed
mengerti tentang bagaimana yang dilakukan bangsa dan negara, sampai basis
paling bawah dimana mereka ada.jadi tidak membangunkan masyarakat yang kontrak
produktif dengan negara tetapi mereka bermanfaat mengarahkan masyarakat lebih
mengerti dengan negara.