Penulis : Makil Weya
REFORMATANEWS.COM, Jakarta - "Semua orang Indonesia adalah migran (pendatang), tidak ada orang Indonesia asli. Tidak satupun orang Indonesia adalah penghuni asli sejak awal wilayah Nusantara ini ada,” demikian kesimpulan Webinar yang diadakan oleh Kelas Pancasila 360ยบ STT Reformed Indonesia (19/9). Kesimpulan tersebut didasarkan pada hasil penelitian ilmiah yang dilakukan oleh Lembaga Biologi Molekular (LBM) Eijkman terhadap 110 kelompok etnis di 19 di pulau Indonesia.
https://tekno.tempo.co/read/841105/siapa-pribumi-asli-indonesia-penelitian-eijkman-menjawabnya
LBM Eijkman melakukan tes DNA mitokondria yang diturunkan melalui jalur maternal (ibu), lalu kromosom Y yang hanya diturunkan dari sisi paternal (ayah), serta DNA autosom yang diturunkan dari kedua orang tua kepada anak-anak mereka.
Cara untuk mengetahui asal usul manusia yang paling akurat adalah dengan tes DNA. Tes DNA mampu memberikan data ilmiah soal komposisi ras, penelusuran nenek moyang, dan juga lini masa kehadiran ras. Informasi yang didapat dari tes DNA akan membantu kita mengetahui siapa diri kita sebenarnya, dan dari mana asal usul kita sebagai orang Indonesia.
Tes DNA yang dilakukan oleh LBM Eijkman tersebut memperlihatkan bahwa di dalam tubuh setiap orang Indonesia mengalir berbagai macam genetika. Kesimpulan hasil uji tes DNA itu, membuktikan bahwa kemajemukan itu sudah ada dalam tubuh seorang individu Indonesia, tidak hanya dalam level masyarakat Indonesia
https://health.detik.com/berita-detikhealth/d-4751958/siapa-pribumi-indonesia-yang-sebenarnya-ini-kata-ahli-genetik
Tidak ada yang dapat disebut sebagai pribumi di Indonesia, karena berdasarkan genetikanya sendiri, ras di Indonesia sudah bercampur walaupun berasal dari pohon manusia modern yang sama, yaitu berasal dari Afrika, ujar Direktur Institute for advanced Studies in Economics and Business Turro Wongkaren Ph.D yang menjadi pembicara pertama pada Webinar tersebut.
Orang Indonesia itu datang dari mana-mana. Dari Afrika datang, Melanesia masuk, dari Australia Tenggara ada, dari Taiwan dan China juga ada. Yang bermigrasi ke Nusantara itu sangat banyak.
Jadi, asal usul orang Indonesia itu bermacam-macam. Terjadi evolusi lokal, ada juga pertemuan dua bentuk fisik yang menghasilkan pencampuran DNA.
Wilayah yang kini dinamai Indonesia sejak dahulu kala memang merupakan tempat persilangan, yang membuka peluang bagi orang-orang untuk saling berinteraksi. Lalu melalui berbagai perkawinan multidimensi sehingga menurunkan orang Indonesia sekarang ini," kata Turro Wongkaren yang adalah peneliti di Lembaga Demokrasi Fakultasi Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia Turro Wongkaren Ph.D.
Dosen STT Reformed Indonesia Partogi Samosir Ph.D yang menjadi pembicara kedua mengakui bahwa salah satu peninggalan penjajah Belanda yang masih sangat melekat di masyarakat Indonesia sampai sekarang adalah istilah “pribumi”. Padahal Indonesia telah 77 tahun merdeka dari penjajah Belanda yang melahirkan istilah “pribumi” tersebut.
Bahkan kini, istilah “pribumi” semakin dimanipulasi menjadi senjata pemecah belah oleh para oknum petualang demi memperoleh kekuasaan dan/atau keuntungan ekonomi politik di Indonesia. Istilah “pribumi” disebut dalam pidato pertama seorang gubernur (16/10/2017). “Dulu, kita semua pribumi ditindas dan dikalahkan. Kini telah merdeka, kini saatnya menjadi tuan rumah di negeri sendiri,” ujar sang Gubernur.
Hal ini, menurut Direktur Center for European Union Studies (CEUS) Partogi Samosir, sangat bertentangan dengan Pancasila dan UUD 1945. Seseorang diakui sebagai Warga Negara Indonesia (WNI) karena status hukumnya. Kewarganegaran Indonesia sangat tidak mengakui satu ras, etnis, agama tertentu saja.
Pancasila tidak pernah menghilangkan perbedaan suku, agama dan etnis. Pancasila justru sangat menghargai perbedaan. Namun, Pancasila tidak pernah melakukan pembeda-bedaan, tegas Partogi Samosir Ph.D.