Pewarna Indonesia dinilai sukses melaksanakan program nasional

REFORMATANEWS.VOM, YOGYAKARTA - Pewarna Indonesia dinilai berhasil melaksanakan sejumlah program nasional antara lain, Napak Tilas Rasul Jawa (NTRJ) 2022 dan Anugerah Pewarna Indonesia (API) ke tujuh 2022.

Robinson Togap Siagian, Ketua Yayasan Suara Nasrani Indonesia, yang juga Pemred Buletin Medsos Kantor Berita Korando, menyampaikan bahwa DPP Pewarna berkontribusi membangkitkan kembali perjalanan kekristenan di Pulau Jawa. "Itu ditunjukkan dengan pelaksanaan NTRJ selama tahun lalu," katanya di Kaliurang, Yogyakarta, Rabu (30/11).

Menurut dia, puncak keberhasilan program NTRJ nantinya dalam out put penulisan buku NTRJ. Program itu dinilai sangat fenomenal karena menyegarkan ingatan masyarakat, khususnya umat kristen, bahwa ada Rasul Kristen, Kyai Sadrach, yang telah menyebarkan kabar baik tentang Yesus Kristus di Pulau Jawa.

Di sisi lain, Pewarna Indonesia juga berhasil melaksanakan API ke tujuh, yang diisi pagelaran kebudayaan, dialog kebangsaan, serta rapat kerja nasional.

Perhelatan API, khususnya, dialog nasional, telah berhasil menghimpun kehadiran sejumlah tokoh nasional antara lain, Budi Arie Setiadi, Ketua Umum Projo, organisasi relawan Presiden Jokowi, Idam Samawi anggota DPR PDI Perjuangan, dan Sukamto, anggota DPR RI Partai Kebangkitan Bangsa.

Kehadiran Budi Arie, yang adalah representasi relawan Jokowi, dan sejumlah tokoh lainnya, menegaskan pengakuannya akan kerja-kerja Pewarna Indonesia selama ini. Dalam dialog nasional itu, Ketum Projo menyampaikan amatannya tentang peta politik Indonesia kekinian menghadapi Pilpres di dalam forum itu.

Diketahui, Rakernas Pewarna Indonesia dihadiri sejumlah Perwakilan Daerah (PD) antara lain, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, Kalimantan Tengah, Sulawesi Barat, dan Papua Barat.(Luther/Kefas Hervin Devananda)

Related Posts:

Sekjen Pewarna Pertanyakan Respon Dewan Pers Terkait Audiensi

REFORMARANEWS.COM, Jakarta - Sekretaris Jenderal (Sekjen) Pewarna Indonesia, Ronald Oniballa mempertanyakan dan menunggu jawaban audiensi dewan pers.

Pernyataan tersebut ia sampaikan terkait audiensi virtual yang digagas oleh Pewarna - Dewan Pers saat semester 2021.

"Kita lagi menunggu jawaban dari dewan pers, kita belum mendapatkan jawaban dari Dewan Pers," kata Sekjen Pewarna, saat Rakernas 2022, di Yogyakarta rabu (29/11/22). 

Sebelumnya, kata Ronal panggilan akrabnya, pihaknya meminta arahan Dewan Pers agar dapat diterima menjadi bagian dewan pers. 

"Kita juga meminta dukungan dewan pers agar memfasilitasi anggota Pewarna Indonesia untuk dapat mengikuti UKW," terang Ronal.

Selain itu pihak Pewarna juga meminta arahan Dewan Pers untuk dapat diterima menjadi bagian dewan pers

"Kiranya, Dewan pers dapat memfasilitasi anggota Pewarna Indonesia untuk dapat mengikuti UKW dengan biaya yang murah dan terjangkau oleh anggota," pungkasnya.

Adapun perwakilan audiensi dari dewan pers yaitu Totok Suryanto dan Susilawati. 

Namun, kata Ronal hingga berita ini diturunkan Pewarna belum mendapatkan kejelasan jawaban dari Dewan Pers. (@ms)

Related Posts:

Prof. DR. KH Abdul Syakur Yasin M.A: Indonesia dibangun bersama-sama oleh berbagai golongan

REFORMATANEWS.COM, Yogyakarta - Rasa bahagia yang saya rasakan hari dimana saya merasa dihargai oleh Pewarna Indonesia, begitulah ungkapan yang disampaikan oleh Prof. DR KH Abdul Syakur Yasin M.A dalam Orasi Kebangsaan acara API ke-6 Tahun 2022 yang digelar oleh Pewarna Indonesia di Yogyakarta pada 28 November 2022.

Abdul Syakur mengatakan bahwa "Rumah indonesia yang kita bangun bersama-sama ini sebetulnya tidak masuk akal,  dimana kita memimpin negara bersama-sama dan negara indonesia ini dibagun oleh berbagai golongan yang tidak sama pula". Ucapnya (28/11/22).

"Setiap burung atau hewan akan berkumpul dengan menurut jenisnya,  begitupun dengan indonesia dibentuk dengan macam-macam geografis yang berbeda sehingga menjadi satu-kesatuan". 
Dalam orasinya yang disampaikan bahwa yang menjadi dasar kita bersatu dibalik perbedaan yang ada adalah dimana didalamnya ada kesepakatan bersama untuk mendirikan Negara Kesatuan Republik Indonesia.  Kesepakatan menjadi sebuah dasar bersatunya negara indonesia ini,  tanpa kesepakatan bersama maka negara tidak akan bersatu bahkan runtuh.

Abdul Syakur lebih jelas lagi mengatakan "Malam ini saya menyampaikan bahasa yang sangat sesederhana mungkin bahwa indonesia adalah rumah kita bersama dimana semua Ras, Agama,  dan Golongan turut membangun bersama negara ini. Dari hal tersebut diharapkan mampu menjalin terus hubungan yang terus saling menjaga toleransi dan kerukunan antar golongan entah itu agama,  suku,  budaya,  dan bahasa. 

Toleransi adalah bukan hanya menyembunyikan sebuah kebencian saja,  melainkan memunculkan tawar menawar dan rundingan bersama,  dimana dalam rundingan tersebut dilakukan oleh mayoritas terhadap minoritas,  sehingga minoritas menjadi berhutang budi kepada mayoritas,  artinya adalah adanya kesetaraan. kita sebagai warga negara indonesia diperlakukan sama dan tidak ada yang membeda-bedakan (toleransi). 
Yang paling penting adalah kesetaraan berkeadilan secara hukum.  

"Yang terjadi saat ini yang menjadi arogan dialah yang memiliki kuasa dan yang menjadi mayoritas". Pungkasnya (28/11/22).

(Asep/Pewarna)

Related Posts:

Siswa SMK Penerbangan Angkasa Lanud Iswahjudi Siap Unjuk Prestasi AMSO 2022

Magetan - Siswa SMK Penerbangan Angkasa Lanud Iswahjudi mengikuti babak seleksi Angkasa Mathematic and Science Olympiad (AMSO) tahun 2022, yang mengusung tema “Yasarini Bergerak Pulihkan Negeri, Berprestasi Dan Raih Angkasa Hebat,” dan siap menunjukkan prestasi terbaiknya.. (15/11/22).

AMSO ini merupakan wahana bagi siswa jenjang SD, SMP sampai dengan SMA/SMK Sekolah Angkasa untuk mengembangkan bakat dan minat di bidang matematika, Ekonomi, IPA dan IPS dimana pada AMSO kali ini seluruh Siswa Kelas X dan XI SMK Penerbangan Angkasa mengikuti bidang lomba Matematika.


Ketua Yasarini Pengurus Cabang Lanud Iswahjudi Ny. Indah Irwan Pramuda didampingi Pengurus Yasarini Lanud Iswahjudi dan Kepala Sekolah SMK Penerbangan Angkasa Letkol Tek Andi Sukmawan Wira A, ST, meninjau langsung dan menyemangati serta memotivasi para siswa SMK Penerbangan Angkasa pada pelaksanaan seleksi awal AMSO ini dan berharap para siswa dapat mempertahankan juara yang diraih pada lomba sebelumnya.


AMSO ini rutin dilaksanakan setiap tahunnya sebagai sarana untuk dapat mengembangkan daya pikir siswa, serta menyediakan wahana bagi siswa Sekolah Angkasa dalam mengembangkan bakat dan minatnya, serta untuk memotivasi seluruh siswa untuk berprestasi.(K3F45 B3L4N394R4) 

Related Posts:

Prabowo Dampingi Jokowi Resmikan Masjid Raya MBZ di Solo

REFORMATANEWS.COM, Solo - Menteri Pertahanan RI Prabowo Subianto mendampingi Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Presiden Uni Emirat Arab (UEA) Mohammed bin Zayed meresmikan Masjid Raya Sheikh Zayed Solo, Jawa Tengah, Senin (14/11).

Prabowo mengenakan batik berwarna cokelat dan peci hitam.

Tiba di Masjid, Prabowo bersama Jokowi dan Presiden MBZ melaksanakan salat sunah Tahiyatul Masjid terlebih dahulu.

Selanjutnya, kedua kepala negara melakukan penandatanganan prasasti sebagai tanda peresmian masjid.

Kegiatan dilanjutkan dengan penanaman pohon Sala di halaman masjid serta foto bersama.

Masjid Raya Sheikh Zayed Solo merupakan replika dari Masjid Sheikh Zayed Grand Mosque di Abu Dhabi, PEA. Pembangunan masjid yang merupakan hadiah dari MBZ ini dilakukan sejak Maret 2021 lalu.

Turut hadir dalam acara peresmian tersebut yakni Menag Yaqut Cholil Qoumas, Menteri BUMN Erick Thohir, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dan wakilnya, Taj Yasin Maimoen, dan Walikota Solo Gibran Rakabuming Raka. (K3F45 B3L4N394R4)

Related Posts:

SATU NUSA, SATU RASA

Sembilan Puluh Empat tahun yang lalu tetaptnya tanggal 28 Oktober 1928 menjadi momentum bersejarah yang menggugah kesadaran pemuda-pemuda Indonesia menumbangkan sekat-sekat primordialisme. Mereka bertekad bahwa yang disebut Indonesia itu tidak identik dengan identitas tertentu: Indonesia itu plural–kesadaran akan pluralitas itu melahirkan energi besar yang secara konsisten mereka rawat hingga Indonesia merdeka tahun 1945. Perjuangan politik para pemuda bukan dalam rangka memenuhi libido kekuasaan melainkan lahir dari suatu kesadaran untuk hidup bersama tanpa tekanan kolonial. Dengan kata lain, kemerdekaan RI adalah hasil perjuangan para pemuda meletakkan kesadaran akan keragaman sebagai pondasi dalam membangun hidup berbangsa dan bernegara. Itu sebabnya bangsa kita diformat sebagai negara bangsa di mana kesadaran sebagai bangsa yang multikultur menjadi suatu keniscayaan. Kerangka Filosofis Sumpah Pemuda–Menuju Persatuan dan kesatuan: dalam persatuan dan kesatuan, perbedaan dirayakan sebagai sebagai kekayaan bangsa. Dari perjuangan para Pemuda Indonesia masa itu, setidaknya ada beberapa poin mendasar yang dapat kita hayati. 
Inferiority Complex sebagai State of Mind

Pergerakan dan perjuangan para pemuda hingga melahirkan Ikrar/Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928 kental dengan ide modernitas yang khas dengan kemandirian berpikir. Itu sebabnya para pemuda menolak tunduk pada hegemoni penjajah dan memilih berpikir merdeka. Sederhananya para pemuda menolak Inferiority complex. Namun resonansi perjuangan para pemuda dibungkam anasir jahat, yaitu reduksifsai politik yang tanpa disadari membuat pikiran kita terkana toxic bernama Inferiority complex.
Inferiority complex dalam The American Psychological Association (APA) didefinisikan sebagai sebagai sikap rendah diri dengan memosisikan orang lain secara hiperbolis. Sikap semacam ini sebenarnya adalah bentuk ketidaknyaman diri (insecure) dan pada akhirnya hanya akan membuat kita tidak produktif. Disadari atau tidak, kita tersandera di dalamnya. Tidak heran bila bangsa kita memendam potensi dalam rasa takut bahkan prasangka. Optimalisasi akal budi dikhawatirkan akan menyeret kita dalam krisis iman. Akal budi sebagaimana kodratnya, adalah suatu kekhasan yang diberikan ‘Tuhan’ di mana melaluinya manusia mencapai kesadarannya secara auntentik. Bagi Aristoteles, kesadaran yang autentik itu terwujud dalam sikap ‘keingintahuan’ yang besar (All men by nature desire to know). Mengutip apa yang ditulis oleh Simplesius Sandur bahwa ‘keingintahuan’ merupakan suatu potensia yang melekat secara kodrati. Sehubungan dengan itu, pada dasarnya manusia berusaha mencapai kepenuhan kodratnya sebagai makhluk yang berpikir (animal rationale) demi supremasi akal budi tanpa disertai dengan sikap takut atau ‘minder. 
Sebagaimana telah saya sebutkan sebelumnya, bahwa inferiority complex dapat menumbuhsuburkan ‘prasangka’ (prejudice)–setidaknya dalam konteks sosiologis. Selama ini kita mempersepsikan orang lain (bangsa lain) sebagai yang lebih cerdas, maju dibanding dengan kita. Namun hal yang sangat disayangkan adalah kita absen untuk mengembangkan potensia menjadi aktus. Akibatnya kita senang mengcopy paste gaya hidup bahkan tata cara ke-Agama-an dari bangsa lain. Seolah produk lokal kurang berkualitas, tidak steril dari anasir budaya yang sinkretis–bila perlu diamputasi. Produk budaya atau agama dari bangsa lain diyakini yang paling dekat dengan Sabda Tuhan dalam Kitab Suci. 
Kemerdekaan bangsa kita adalah rahmat Tuhan yang seharusnya diimbangi dengan kesadasaran dan keberanian berpikir sendiri (sapere aude) termasuk dalam soal mengekspresikan keimanan dalam konteks keIndonesiaan. Istilah sapere aude merupakan kosakata yang akrab dengan Immanuel Kant. Proyek pencerahan (aufklarung/enlightenment) oleh Aramdo Riyanto dikontekstualisasikan dengan Indonesia sebagai dorongan keluar dari inferoritas, rendah diri bahkan kepicikan sendiri. Intinya sikap Inferiority complex adalah bentuk kenaifan berpikir yang justru menciptakan zona nyaman yang tidak aman, karena suatu saat kita akan menerima efek buruk atas malasnya berpikir sendiri. 
Jangan pernah takut untuk menjadi diri sendiri dan menempatkan supremasi akal dalam seluruh kehidupan termasuk keimanan kita. Saya yakin keberanian kita dalam berpikir akan menentukan arah dan membentuk mentalitas zaman. Bagi saya Iman tanpa kesadaran akal budi hanya akan melahirkan kepercayaan yang banal–iman adalah tempat pertanggungjawaban dan bukan tempat pelarian–seolah-olah dengan beriman ala orang lain kita mejenadin lebih sempurna. Bangsa kita menyimpan beragam pesona yang seharusya membuat kita makin kokoh memiliki kemandirian. 

Politik Identitas: Pandemi Disintegrasi
Saya rasa kita sepakat bahwa semenjak Pilpres 2014 energi kita terkuras cukup banyak akibat politisi agama yang pada akhirnya menumbuhkan politik identitas. Dan tanda-tanda bahwa agama menjadi komoditas politik untuk tahun 2024 sudah mulai tercium aromanya. Ahmad Syafii Maarif menyebutnya bahwa politik identitas berkaitan dengan konflik etnis, agama, ideologi dan kepentingan-kepentingan lokal lainnya yang mudah dipolitisasi dan kemudian menjadi bola liar untuk saling meniadakan.
Belakangan ini politik identitas menjadi burning issue bahkan bisa jadi adalah ‘menu utama’ bagi politisi sofistik. Politik identitas muncul seiring dengan tumbuh suburnya pengkategorian realitas menjadi dua bagian yang tentunya menjadi ancaman bagi kaum minoritas atau the others.  Manusia model ini lebih menyukai pemaknaan identitas yang berimbas pada munculnya konflik hanya karena berbeda identitas. Akibatnya kesadaran kita untuk melihat yang lain (the others) sebagai manusia yang perlu dihormati menjadi kabur.
Yoga Sukmana dalam tulisannya berjudul Politik Identitas Berlebihan Mengubah Mimbar Keagamaan Jadi Panggung Politik menyebutkan bahwa politik identitas sebenarnya bukanlah suatu masalah. Ketika kita terlahir, sejumlah identitas melekat kuat pada diri kita–disebut nilai objektif. Politik identitas menjadi masalah ketika sekelompok orang mengekploitasi identitas, kemudian digemakan secara berulang-ulang di ruang publik: Liyan (the orthers) dianggap mengacam. Kecemasan ini dilandasi minimnya nalar historis bahwa bangsa kita terbentuk dari puzzle keragaman. 
Jika kita flash back, sebenarnya semangat persatuan dan kesatuan sudah diahayati sebagai value dalam menjalin keharmonisan sekalipun berbeda identitas. Adalah Mpu Tantular dalam bukunya Sutasoma dimaksudkan agar kita secara konsisten mengawal dan menjaga kemajemukan yang merupakan pondasi kokoh bagi lahirnya konsep Negara bangsa (nation state). Sederhananya adalah kebhinekaan ingin memberi tekanan betapa pentingnya mengembangakn sikap hidup saling menghargai. Peribahasa Jawa yang menyatakan mangan ora mangan sing penting ngumpul makan atau tidak makan yang paling penting adalah kebersamaan) bukan sekadar slogan semata tetapi memiliki muatan filosofis akan pentingnya kebersamaan antar sesama yang bahkan rela mengorbankan urusan perut (makan) demi menjaga keselasaran hidup.

Melampuai Identitas
Sembilan Puluh Empat tahun sudah kita mengenang perjuangan anak-anak muda dalam memujudkan persatuan dan kesatuan bangsa. Tugas kita adalah mengembalikan Indonesia seperti yang diperjuangkan para pemuda di tahun 1928 yang sepakat meuntuhkan egoisme kedaerahan menjadi solidaritas kebangsaan. Perjuangan kita menjadi Indonesia belumlah selesai. Jangan sampai Sumpah Pemuda, hanya menjadi kenangan sejarah.
Cara berpikir minder (Inferiority complex) dan cara berpikir segmental (primordial) yang mengotak-kotakan realitas berdasarkan identitas tertentu menjadi tantangan kita para pemuda masa kini menggemakan semangat persatuan, menumbuhkan kesadaran berada bersama (koeksistensi) dan menciptakan hubungan yang resiprokal di negeri ini. Di samping itu, mari bersama kita bendung politik identitas supaya bangsa tetap pada format Bhinneka Tunggalika. Indonesia, Satu Nusa, Satu Bangsa, Satu Bahasa dan Satu Rasa.
Semestinya keragaman penduduk Indonesia dapat meningkatkan posisi tawar di kancah internasional dan bukan sebaliknya menjadi alat orgasme bagi sekelompok orang. Bangsa kita menampung semua perbedaan sebagai kekayaan bangsa. Indonesia bukan milik suku, agama, rasa dan antar golongan tertentu, tetapi milik bersama. Mengutip apa pendapat Saut Sirait bahwa kemajemukan adalah hakikat alamiah yang tidak dapat dinafikan dan seharunya mendapat ruang gerak yang luas sehingga masing-masing identitas bebas berekspresi tanpa terkendala dan mengadili the others karena perbedaannya.

Penulis : Leo Alexander Tambunan (Dosen Universitas Matana
Yulius Aris Widiantoro (Dosen di beberpa Perguruan Tinggi)


Related Posts: