REFORMATANEWS.com, Jakarta - Sebagai
rangkaian dari diskusi yang sebelumnya telah digelar dua kali, Persatuan
Wartawan Nasrani (Pewarna) Indonesia kembali menggelar diskusi “Perlukah Partai
Kristen 2024”. Jika diskusi pertama menyasar hal yang bersifat umum dan yang
kedua menyasar pandangan anak muda, kesempatan diskusi yang ketiga ini berfokus
pada pandangan dari perspektif daerah-daerah di Indonesia.
Dalam diskusi
yang dihelat Selasa (12/5) melalui
sarana webinar zoom.us ini menghadirkan beberapa narasumber yang cukup
representatif mewakili beberapa daerah di Indonesia. Pembicara tersebut
diantaranya Ketua Umum YPPII Batu Roland M Octavianus dari Jawa Timur, Dolfi
Kuron Anggota DPD dan pengurus API Sulut, Sekjen Partai Lokal Papua Bersatu,
Darius W. Nawipa, Benyamin Sudarmaji dari Yogyakarta, Budiman Panjaitan dari
Sumut, Hengky Nartosabdo dari Jateng, FX Gian Tuemali dari Fisipol UKI dan Jojo Raharjo.
Dalam diskusi
yang dipandu oleh oleh Ricardo Marbun ini diurai kembali urgensi keberadaan
Partai Kristen di Pemilu 2024. Berbeda dengan nuansa di dua diskusi sebelumnya
yang berfokus pada kondisi ideal serta praktik global di diskusi pertama dan
pandangan anak muda di diskusi kedua, diskusi kali ini lebih mengarah pada
pentingnya partai Kristen bagi daerah.
Urgensi partai
Kristen di daerah dirasa perlu terutama di daerah yang mayoritas Kristen
seperti Sulawesi Utara dan Papua. Terkait dengan hal ini Dolfi Kuron dari Sulut
menyatakan bahwa sebagai representasi umat Kristen, keberadaan partai Kristen
sebenarnya diperlukan baik di tingkat nasional maupun lokal, tapi dengan syarat
partai tersebut efektif dan dapat menjalankan perannya dengan baik.
Dengan pandangan
yang sama, sembari menunjukkan geliat pentingnya partai Kristen di Papua,
Darius W Nawipa menyatakan, “Kami di Papua sangat antusias dengan kehadiran
partai Kristen. Dulu ketika PDS dideklarasikan di sebagian besar penjuru Papua
memasang bendera ungu sebagai wujud dukungan atas kehadiran PDS. Bagi kami Pak
Ruyandi, pendiri PDS adalah pribadi yang dipakai Tuhan di bidang politik.
Tak berbeda
dengan keduanya, Hengki Nartosabdo dari Jawa Tengah yang juga Sekum BAMAG LKK
menyatakan bahwa keberadaan beberapa aturan perundang-undangan yang bersifat
diskriminatif dan belum optimalnya perjuangan hak-hak Kekristenan di parlemen,
membuat keberadaan partai Kristen menjadi pilihan yang tidak dapat ditawar
lagi.
Berbeda dengan
pandangan di atas, dua narasumber berpandangan bahwa keinginan untuk mendirikan
partai Kristen harus ditinjau ulang dan dipertimbangkan dengan baik, mengingat
kondisi dan konteks kebangsaan saat ini. Menurut mereka perjuangan para kader
Kristiani di beberapa partai nasionalis melalui legislatif dan eksekutif
merupakan hal yang harus dihargai dan diapresiasi. Dalam koridor kebangsaan dan
nasionalisme, kehadiran partai nasionalis dengan kader Kristiani merupakan hal
yang perlu untuk dioptimalkan eksistensinya.
Mengenai hal ini
Yohanes P dari Sumba menyatakan, “Satu kesadaran politik yang harus kita miliki
adalah jumlah kita yang minoritas dan fakta di lapangan bahwa partai politik
berbasis agama terutama partai Kristen sulit langgeng dalam eksistensi. Oleh
sebab itu menurut saya kalau tidak ada jaminan efektif lebih baik mendorong
aspirasi melalui partai-partai nasionalis.”
Hal senada juga
disampaikan oleh Benyamin Sudarmaji dari Yogyakarta. Ia berpandangan, “Kalau
kita flash back pada perjalanan sejarah Indonesia Partai Kristen banyak
mengalami kebuntuan dalam perjuangan dan berguguran. Jadi wacana mendirikan
partai Kristen perlu dipertimbangkan matang-matang, karena selama ini hak-hak
kita sudah dibela oleh kelompok nasionalis.”
Mencoba
menjembatani harapan ideal dan kondisi lapangan yang sulit bagi perkembangan
partai Kristen, secara menarik, Ketua Umum YPPII Batu, Roland Octavianus
melontarkan wacana tentang Kaukus Kristen. Baginya Kaukus Kristen merupakan
parameter sekaligus solusi dari permasalahan yang ada. Menurutnya kehadiran
Kaukus Kristen yang merupakan representasi dari suara umat Kristiani akan
menjadi hal yang efektif menyuarakan aspirasi Kekristenan sekaligus bahan pertimbangan
bisa tidaknya partai Kristen yang efektif didirikan.
Mengenai hal ini
secara rinci Roland menyatakan, “Kalau kita belajar kiprah partai Kristen dalam
perjalanan politik di Indonesia kita menemukan Partai Kristen Indonesia
(Parkindo) yang mewakili aspirasi umat Kristen secara utuh, sayang keberadaan
partai ini harus dikerdilkan dengan adanya fusi masuk ke Partai Demokrasi
Indonesia (PDI) lalu selanjutnya muncul PDKB, KRISNA, PDS dan partai-partai
Kristen lainnya. Tapi bagi saya partai-partai ini terlalu prematur sehingga
dalam waktu singkat langsung hilang.”
“Oleh sebab itu
hari ini, ketika kita bicara tentang partai Kristen, kita harus serius apakah
partai ini benar-benar didirikan berdasarkan keinginan bersama umat
Kristiani?Jika tidak nasibnya akan sama dengan yang lain. Oleh sebab itu
sebelum melangkah pada wacana adanya partai Kristen yang ideal, perlu digagas
adanya Kaukus Kristen yang keberadaannya benar-benar mewakili keberadaan umat
Kristen,” papar Roland yang juga pimpinan YPPII Batu, lembaga pelayanan yang
memiliki perwakilan di seluruh Indonesia dan beberapa tempat di luar negeri.
Sebagai simpulan
diskusi, Roland dan beberapa narasumber juga pertanyaan maupun pernyataan
peserta diskusi memiliki pandangan bahwa diskriminasi masih terjadi dalam
berbagai bidang seperti agama , sosial, budaya dan ekonomi. Bukan hanya secara
praktis, diskriminasi tersebut juga menyentuh ranah regulasi atau aturan
perundang-undangan.
Banyak hal yang seharusnya menjadi hak asasi manusia dan
ranah privat dijadikan ranah publik sehingga negara turut mengatur. Salah satu
diantaranya adalah Surat Keputusan bersama (SKB) 3 Menteri Tentang Pendirian
Tempat Ibadah.
Simpulan lain
yang muncul dari diskusi adalah jika ingin menghadirkan Partai Kristen, ada 3
aspek yang harus dipenuhi aspek tersebut adalah aspek kualitas (quality) yang
terdiri dari pengalaman (Experience) dan penerimaan oleh konteks (acceptance),
aspek kapasita (Capacity) yang terdari dari kekuatan di tingkat nasional dan
daerah serta aspek Kapabilitas (Capable) yang terdiri dari kemampuan finansial
(Finacial) dan kekuatan sosial (social). Dengan adanya 3 aspek ini secara kuat,
kehadiran partai Kristen yang diharapkan akan dapat terwujud. (Yos)
0 Response to "PEWARNA Indonesia Kembali Gelar Diskusi Daring Tentang Urgensi Partai Kristen"
Posting Komentar